TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori Belajar dan
Pembelajaran
Dalam
rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris
yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada,
kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu
mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya
pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah
sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam
kemampuan intelektual.
Jerome
S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang
perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas,
serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan
profesionalitas para guru. Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan
bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah
minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada
selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh,
pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan
pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang
nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak
contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek
sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual
dan tidak memiliki tangungjawab moral.
Dari
permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya
juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta
pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, perlu adanya
penjelasan dan pembahasan terkait dengan teori pembelajaran. Agar lebih
spesifik dan terfokus, dalam makalah ini akan hanya akan menguraikan dan
menjelaskan satu dari beberapa teori pembelajaran yang sudah ada, yaitu pada
Teori Pembelajaran Kognitivistik. Dan dari penjelasan ini nantinya diharapkan
bisa memberikan pemahaman yang utuh dan dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran. Dengan berbekal pemahaman yang utuh terkait teori pembelajaran
yang dijadikan sebagai pemahaman dasar dalam pembelajaran diharapkan siswa
dapat menerima pembelajaran yang akan kita sampaikan dengan baik.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Teori
Pembelajaran?
2. Apa pengertian Teori Kognitivisme
dalam Pembelajaran ?
3. Siapakah Tokoh-tokoh dalam Teori
kognitivisme ?
4. Bagaimana pengaplikasi teori
Kognitivisme dalam Pembelajaran ?
5. Bagaimana Pandangan Teori Kognitif Tentang
Belajar ?
6. Apakah Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar
Kognitif ?
1.3 Tujuan
Masalah
1.
Mampu mengerti Teori Pembelajaran.
2. Mampu mengerti Teori Kognitivisme
dalam pendidikan.
3. Mampu mengetahui tokoh Kognitivisme.
4. Mampu mengetahui pengaplikasian
Kognitivisme dalam Pembelajaran.
5. Mampu mengetahui Pandangan Teori
Kognitivisme Tentang Belajar.
6. Mampu mengetahui Prinsip Dasar Teori
Belajar Kognitif.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Pembelajaran
Teori
pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan
bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa
yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus
dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori
pembelajaran:
1. teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak
kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa
jauh sebelum ia masuk ke sekolah.
2. Teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan.
Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan:
a.
Struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi
yang sangat luas.
b.
Struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa siswa
kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang telah dijelaskan.
c.
Struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir
siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. Teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal.
Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan
diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.
4. Terakhir, macam dari teori pembelajaran yang sudah ada,
diantaranya :
a.
Teori Pembelajaran Deskriptif dan Perspektif
b.
Teori Pembelajaran Behavioristik
c.
Teori Pembelajaran Kognitivistik
d.
Teori Pembelajaran Humanistik
e.
Teori Pembelajaran Konstruktivistik
2.2
Pengertian Kognitivisme
Teori
belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses
usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai
akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu
perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan
nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Dalam
belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan
faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan
interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus
sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang
merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan,
melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi
baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Di
samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi
yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi
dan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang
dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar
sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam
pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret
karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Dalam
teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada
hasil belajar, yaitu:
- Belajar
tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34)
- Ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik,
belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan
mengaitkan pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada.
Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukkan
keberhasilan mempelajari informasi pengetahuan yang baru.
Teori
ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang
berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh
proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya,
belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat
sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati). Dalam teori ini menekankan
pada gagasan bahwa bagian-bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar
saling berhubungan secara keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi
tersebut dibagi menjadi komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara
terpisah, maka sama halnya dengan kehilangan sesuatu (reilly dan lewis, 1983)
Sehingga
dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun ciri-ciri dari
aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
a.
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b.
Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c.
Mementingkan peranan kognitif
d.
Mementingkan kondisi waktu sekarang
e.
Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar
kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan
atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang,
yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang
menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah
kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di
lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di
tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semua
tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang
disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Perbedaan Teori
Belajar Behaviorisme Dengan Kognitivisme.
Proses belajar menurut behaviorisme merupakan
suatu mekanisme yang periferik dan terletak jauh dari otak, sedangkan
menurut kognitivisme proses belajar terjadi secara internal di otak dan
meliputi ingatan dan pikiran.
Hasil belajar menurut behaviorisme merupakan
kebiasaan dan ditekankan pada adanya urutan respons yang lancar. Sebaliknya
kognitivisme menganggap hasil belajar sebagai suatu struktur kognitif tertentu.
Menurut teori Behaviorisme, belajar merupakan
proses trial and error, dan adanya unsur-unsur yang sama antara
masalah sekarang yang dijumpai dengan apa yang pernah dijumpai sebelumnya.
Sedangkan Kognitivisme, menekankan adanya pemahaman tentang apa yang dihadapi
sekarang dengan yang telah dijumpai sebelumnya. Para pakar psikologi kognitif
melihat situasi belajar erat kaitannya dengan memori. Memori yang biasanya
diartikan ingatan, yakni merupakan fungsi mental yang menangkap informasi
dari stimulus, dan merupakan storage system, yakni sistem penyimpanan
data informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam otak manusia. Dan dalam diri
manusia ada yang dikenal dengan struktur sistem akal yang terdiri dari tiga
sub-sistem, antara lain: (1) Sensory register, (2) Short term
memory, dan (3) Long term memory (Bruno, 1987).
Dengan adanya sistem penyimpanan informasi
dalam proses belajar ini, maka pembelajar diharapkan agar dapat memusatkan
perhatian. Karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi perhatian pembelajar.
Lindsay dan Norman menyampaikan tiga aturan
umum untuk memperbaiki memory (ingatan). Pertama, menghafal perlu
adanya usaha; hal ini seringkali tidak mudah untuk dipenuhi. Kedua, materi yang
harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan dengan hal-hal: menguraikan
dengan kata-kata sendiri dan menggambarkan dalam imajinasi; ini mungkin dapat
membantu. Ketiga, menghafal atau mengingat memerlukan organisasi materi.
Materi dapat dibagi dalam kelompok atau bagian-bagian kecil kemudian diletakkan
kembali bersama-sama dalam pola ingatan yang berarti (Dahar, 1988).
2.3 Tokoh-tokoh
kognitivisme
Tokoh
dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, dan Ausebel, Robert M.
Gagne.
Pakar
kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah mengemukakan
pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas
beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget
mengatakan bahwa (i) anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif
dalam menguasai bahasa ibunya; (ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu
didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi itu memiliki struktur dan fungsi.
Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan struktur kognisi
bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu.
Teorinya memberikan banyak konsep utama
dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, bahwa belajar akan
lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi
teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa dan cara
berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak-anak akan belajar
lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu
anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya. Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, artinya proses
yang didasarkan atas mekenisme biologis dari perkembangan system syaraf.
Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976). Sehingga ketika dewasa seseorang
akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget
membagi proses belajar kedalam tiga
tahapan yaitu :
a)
Asimilasi, Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip
penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah
proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh
anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).
b)
Akomodasi, Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke
dalam situasi yang baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih
spesifik. Contohnya : siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya
memberikan sebuah soal perkalian.
c)
Equilibrasi, Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus
berkembang dan menambah ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental
dalam dirinya, maka diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan
kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan
dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi
yang diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis.
Piaget
berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian, pengembangan dan
pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsep schema/skema (jamak
= schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur kognitif yang baru
tersebut akan menjadi dasar untuk kegiatan belajar berikutnya. Proses belajar
harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa
yang terbagi kedalam empat tahap, yaitu :
1)
Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2 tahun)
2)
Tahap preoperational (anak usia 2 – 8 tahun)
3)
Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)
4)
Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)
Secara
umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga
semakin abstrak cara berfikirnya. Karena
itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif aak didiknya,
serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap
tersebut.
Piaget
juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang
anak berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode,
media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
b. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jarome
Bruner.
Berbeda
dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan
kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Sehingga,
perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam perkembangan kognitif (Hilgard
dan Bower, 1981)
Menurut
Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak mancapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik
maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif seseorang
dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan
teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan
kognitif mereka, artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free
Discovery Learning). Dengan kata lain, belajar dengan menemukan.
Implikasi
Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu
situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan
realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam
benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar dari teori ini
adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman didalam
dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif, yang kemudian mengalami
tahap belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman dari apa yang aia
temukan.
Teori
ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk
konsep, teori, definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan
(mewakili ) aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini “belajar
ekspositori” (belajar dengan cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi
umum dan diminta untuk mencari contoh-contoh khusus dan konkrit .
Menurut bruner ada 3 tahap dalam
perkembangan kognitif, yaitu:
1.
Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami
lingkungan dengan observasi, pengalaman terhadap suatu realita.
2.
Ikonik : siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar
dan visualaisasi verbal.
3.
Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang
banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.
Keuntungan belajar menemukan (Free
Discovery Learning):
a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa
sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya.
b. Menimbulkan keterampilan memecahkan
masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi informasi.
c. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel.
Proses
belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full learning).
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1)
Memperhatikan stimulus yang diberikan.
2)
Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi
yang sudah dipahami.
Menurut
Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced
Organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar
siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer
memberikan tiga manfaat yaitu :
1. Menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi yang akan dipelajari.
2. Berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari.
3. Dapat membantu siswa untuk memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
Untuk
itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan
inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya
dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur
yang logis dan mudah dipahami.
Perbedaan antara teori Bruner dan teori
Ausubel adalah Teori Bruner menekankan adanya penemuan sedangkan Ausubel
menekankan adanya materi yang disajikan dan dapat diinternalisasikan oleh
pembelajar. Sedangkan persamaannya adalah keduanya menekankan belajar
bermakna dan pemahaman, meskipun menurut Bruner hal tersebut harus ditemukan
secara induktif. Namun menurut Ausubel hal tersebut dapat diasimilasi secara
deduktif; yakni belajar tidak hanya merupakan pengulangan secara verbatim.
Pendapat keduanya menekankan adanya
suatu hubungan. Bruner menekankan bagaimana sesuatu itu dipelajari dan
dihubungkan dengan bahan-bahan lain serta bagaimana menemukan arti hubungan
tersebut. Sedangkan menurut Ausubel, apa yang dipelajari seseorang harus dihubungkan
dengan apa yang telah ada dalam struktur kognitif.
Keduanya menekankan pentingnya mempelajari
konsep dan prinsip. Keduanya merupakan teori belajar kognitif yang mempelajari
proses dalam pikiran.
d.
Teori
Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Robert M. Gagne
Menurut
gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak
manusia :
a)
Reseptor
b)
Sensory register
c)
Short-term memory
d)
Long-term memory
e)
Response generator
Salah
satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan
pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Reseptor (alat indera) : menerima
rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsaangan neural,
memberikan symbol informasi yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
b. Sensory register (penempungan
kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung
kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan
perceptual. Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek
dan sebagian hilang dalam system.
c. Short term memory (memory jangka
pendek) : menampung hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi
tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga
dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu
penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di transformasi
dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang.
d. Long Term memory (memori jangka
panjang) :menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek.
Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk
dipakai kapan saja.
e. Response generator (pencipta respon)
: menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan
mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
2.4 Aplikasi teori Kognitivisme
Aplikasi
teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami bahwa
siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia
pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan
pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk
mencapai keberhasilan siswa.
Berdasarkan
prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan beberapa petunjuk aplikasi teori
pemrosesan informasi, yaitu:
a. guru hendaknya yakin bahwa setiap
siswa memiliki perhatian terhadap apa yang dipelajari. Karena itu untuk menarik
perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan dengan memberikan tanda tertentu
misalnya tepuk tangan atau menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau
berbicara dengan irama, memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang
membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibicarakan,
b. membantu siswa membedakan informasi
yang penting dengan informasi yang tidak penting untul memusatkan perhatian
misalnya dengan menuliskan tujuan pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti
sejenak dan mengulangi lagi atau meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan,
c. membantu siswa menghubungkan
informasi yang baru dengan apa yang diketahui misalnya dengan mengulangi
hal-hal yang diketahui siswa untuk mengingat kembali dan menghubungkan dengan
informasi baru, menggunakan diagram atau garis untuk menunnjukkan hubungan
informasi baru dengan informasi yang dimiliki,
d. sediakan waktu untuk mengulang dan
memeriksa kembali informasi dengan memulai pelajaran meninjau ulang pekerjaan
rumah, mengadakan tes-tes pendek yang sering, membuat permainan atau siswa
saling berpasangan bertanya jawab,
e. sajikan pelajaran secara tersusun
dan jelas misalnya menjelaskan tujuan pembelajaran, membuat ikhtisar atau
rangkuman, dan
f. utamakan pembelajaran bermakna bukan
ingatan misalnya dengan mengajarkan
perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah
dimiliki.
Strategi
mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan mengingatnya kembali bila
dibutuhkan dapat dilakukan
a. untuk menghafal informasi yang tidak
membutuhkan pemahaman, gunakan meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau jembatan
keledai). Misalnya untuk menghafal kata-kata ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan, keamanan, nasional dengan mneumonic IPOLEKSOSBUD
HANKAMNAS,
b. rumusan kembali dengan kalimat
sendiri apa yang telah dipelajari, dan
c. untuk mengatasi inhibisi retroaktif
dapat dilakukan berbagai cara misalnya mengajarkan konsep serupa tidak dalam
waktu yang bersamaan atau mengajarkan materi serupa dengan metode yang berbeda.
Dalam
proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning, yaitu
belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam,
atau berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan
free recall learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya
nama-nama nabi atau rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.
Dalam
praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara (a)
organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi yang akan
dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat, (b) metode
loci, artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana seorang membuat
gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu, (c) irama,
metode mengingat dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan urutan rukun
Islam atau rukun iman dengan nyanyian.
Lebih jauh, ada dua kajian mengenai
teori kognitif yang penting dalam perancangan pembelajaran, yaitu: (1) teori
tentang struktur representasi kognitif, dan (2) proses ingatan (memory). Struktur
kognisi didefinisikan sebagai struktur organisasional yang ada dalam ingatan
seseorang ketika mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah
ke dalam suatu unit konseptual. Proses ingatan merupakan pengelolaan informasi
di dalam ingatan (memory) dimulai dengan proses penyandian informasi (coding),
diikuti penyimpanan informasi (strorage), dan kemudian
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah di simpan dalam ingatan (retrieval).
Dengan adanya konsep tersebut, maka sebagai
kata kunci dalam teori psikologi kognitif adalah “Information Processing
Model” yang mendeskripsikan: proses penyandian informasi, proses penyimpanan
informasi, dan proses pengungkapan kembali suatu informasi atau pengetahuan
dari konsepsi pikiran. Model tersebut akhir-akhir ini semakin mendominasi
sebagian besar riset atau pembahasan mengenai psikologi pendidikan atau pembelajaran.
Jadi, dalam model ini peristiwa-peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi
informasi dimulai dari input (masukan) berupa stimulus hingga menjadi
output (keluaran) berupa respon (Slavin, 1994).
Dengan demikian, fokus pada masalah
belajar adalah: suatu kegiatan berproses, dan selanjutnya suatu perubahan
bertahap. Dalam tahap pengelolaan informasi yang berasal dari stimulus
eksternal, Bruner menyampaikan tahap tersebut menjadi tiga fase dalam proses
belajar, yaitu: (1) fase informasi, (2) fase transformasi, dan (3) fase
evaluasi (Barlow, 1985). Dan menurut Witting (1981) setiap proses belajar akan
selalu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu: (1) Acquisition (tahap
perolehan atau penerimaan informasi), (2) Storage (tahap penyimpangan
informasi), dan (3) Retrieval (tahap menyampaikan kembali informasi).
Dan untuk mengaplikasikannya dalam proses belajar dan pembelajaran meliputi:
(a) pembelajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun dalam pola dan logika tertentu, (b) penyusunan
materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit, (c) belajar dengan
memahami lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian
penyajian, dan (d) adanya perbedaan individual pada pembelajar harus
diperhatikan.
2.5 Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme
a)
Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b)
Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit
di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi
sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
2.6
Pandangan Teori
Kognitif Tentang Belajar
Menurut teori kognitif, belajar ialah proses internal
yanh tidak dapat diamati langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang
untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu. Perubahan dalam
tingkah laku adalah refleksi dari perubahan internal.
Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitif
berpendapat bahwa reinforcement dalam sangat penting. Hanya saja reinforcement
dalam teori behavioristik berfungsi memperkuat respon atau tingkah laku,
sementara dalam teori kognitif berfungsi sebagai sumber umpan balik. Umpan
balik ini memberi tahu tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku
diulang-ulang. Dalam teori ini reinforcement juga berfungsi untuk mengurangi
ketidakpastian yang mengarah ke pemahaman dan penguasaan.
2.7 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif
Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemproses
informasi yang aktif. Informasi merupakan sesuatu yang diterima oleh pikiran
secara terus menerus, meski demikian beberapa informasi cepat terlupakan dan
sepabagian yang lain diingat sepanjang hayat.
INGATAN
(MEMORY)
Pengertian
Ingatan
Ingatan
atau sering disebut memory adalah sebuah fungsi dari kognisi yang
melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Ingatan akan dipelajari lebih
mendalam di psikologi kognitif dan ilmu saraf. Pada umumnya para ahli memandang
ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah
diingat adalah hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya, dan hal tersebut
pernah dimasukkan kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu
kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima dan
memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan
kembali apa yang pernah dialami (remembering).
Dalam proses mengingat informasi ada
3 tahapan yaitu memasukkan informasi (encoding), penyimpanan (storage), dan
mengingat (retrieval stage).
A. Fungsi Memasukkan (Encoding)
Proses Encoding (pengkodean
terhadap apa yang dipersepsi dengan cara mengubah menjadi simbol-simbol atau
gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada
organisme). Jadi encoding merupakan suatu proses mengubah sifat suatu
informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori organisme.
Proses ini sangat mempengaruhi lamanya suatu informasi disimpan dalam memori.
Proses
pengubahan informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
1. Tidak sengaja, yaitu apabila hal-hal yang
diterima oleh inderanya dimasukkan dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya.
Contoh konkritnya dapat kita lihat pada anak-anak yang umumnya menyimpan
pengalaman yang tidak disengaja, misalnya bahwa ia akan mendapat apa yang
diinginkan jika ia menangis keras-keras sambil berguling-guling.
2. Sengaja, yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan
pengetahuan ke dalam ingatannya. Contohnya kita sebagai mahasiswa, dimana
dengan sengaja kita memasukkan segala hal yang dipelajarinya di perguruan
tinggi.
B. Fungsi Menyimpan (Storage)
Fungsi kedua dari ingatan adalah
mengenai penyimpanan (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding,
apa yang dipelajari atau apa yang dipersepsi). Sesuatu
yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces)
dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan
memory traces. Walaupun disimpan namun jika tidak sering digunakan maka memory
traces tersebut bisa sulit untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang,
dan ini yang disebut dengan kelupaan. Sehubungan dengan masalah retensi dan
kelupaan, ada satu hal yang penting yang dapat dicatat, yaitu mengenai interval
atau waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali.
Masalah intercal dapat dibedakan atas lama interval dan isi interval:
1. Lama interval, yaitu berkaitan
dengan lamanya waktu pemasukan bahan (act of remembering). Lama interval
berkaitan dengan kekuatan retensi. Makin lama intervalnya, makin kurang kuat
retensinya, atau dengan kata lain kekuatan retensinya menurun.
2. Isi interval, yaitu berkaitan
dengan aktivitas-aktivitas yang terdapat atau mengisi interval.
Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan merusak atau mengganggu memory
traces, sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan.
Atas dasar lama
interval dan isi interval, hal tersebut merupakan sumber atau dasar berpijak
dari teori-teori mengenai kelupaan.
C. Fungsi Menimbulkan Kembali (Retrival)
Fungsi ketiga ingatan adalah berkaitan
dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Proses
mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang
disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila dibutuhkan. Mekanisme dalam
proses mengingat kembali sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai
persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “Belajar dari Pengalaman” karena ia
mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi saat ini juga.
Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat menggunakan cara:
1.
Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi
yang dipelajari di masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
Conyohnya mengingat nama seseorang tanpa kehadiran orang yang dimaksud.
2.
Recognize, yaitu proses mengenal kembali informasi
yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
Contohnya mengingat nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang
bersangkutan.
3.
Redintegrative,
yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu
konsep atau cerita yang cukup kompleks. Proses mengingat reintegrative terjadi
bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Siti Nurbaya (tokoh sinetron),
maka akan teringat banyak hal dari tokoh tersebut karena orang tersebut telah
menontonnya berkali-kali.
Jenis-Jenis Ingatan (Memori)
Ingatan atau
memori telah menjadi salah satu pokok bahasan dalam psikologi kognitif.
Psikologi kognitif adalah pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada
cara kita merasakan, mengolah, menyimpan dan merespons informasi.
Menurut Richard Atkinson dan Richard Shiffrin
(dalam Matlin, 1998), ingatan disimpan dalam tiga sistem penyimpanan informasi,
yaitu memori sensori (sensory memory), memori jangka pendek (short term
memory), dan memori jangka panjang (long term memory).
1. Memori Sensoris
Memori
sensoris adalah ingatan yang berkaitan dengan penyimpanan informasi sementara
yang dibawa oleh pancaindera. Setiap pancaindera memiliki satu macam memori
sensoris. Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat
setelah stimulus diambil. Jadi, di dalam diri manusia ada beberapa macam
sensori-motorik, yaitu sensori-motorik visual (penglihatan), sensori-motorik
audio (pendengaran), dan sebaganya. Memori sensorik cukup pendek, dan
biasanya akan menghilang segera setelah apa yang kita rasakan berakhir. Sebagai
contoh, ketika anda melihat. Kita melihat ratusan hal ketika berjalan selama
beberapa menit. Meskipun perhatian tertuju oleh sesuatu yang anda lihat, itu
segera terlupakan oleh sesuatu yang lain yang menarik perhatian anda di antara
sekian banyak yang ditangkap indera penglihatan.
Ketika
kita mendengar sesuatu, melihat sesuatu, atau meraba sesuatu,
informasi-informasi dari indera-indera itu diubah dalam bentuk impuls-impuls
neural (bentuk neuron) dan dikirim ke bagian-bagian tertentu dari otak. Proses
tersebut berlangsung dalam sepersekian detik.
Sebenarnya
memori sensoris berkapasitas besar untuk menyimpan informasi, akan tetapi yang
disimpan tersebut cepat sekali menghilang, dikatakan bahwa informasi tersebut
akan menghilang setelah sepersepuluh detik, lalu akan menghilang sama sekali
setelah lewat dari satu detik.
Keberadaan
memori sensoris mempunyai peran yang penting dalam hidup manusia. Orang harus
menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Dengan
begitu ada proses seleksi dari kesadaran, mana informasi yang diperlukan dan
mana yang tidak.
2. Ingatan Jangka Pendek
Ingatan
jangka pendek atau sering disebut dengan short-term
memory atau working memory adalah
suatu proses penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang disimpan
hanya dipertahankan selama informasi tersebut masih dibutuhkan. Ingatan jangka
pendek adalah tempat kita menyimpan ingatan yang baru saja kita pikirkan.
Ingatan yang masuk dalam memori sensoris diteruskan kepada ingatan jangka
pendek. Ingatan jangka pendek berlangsung sedikit lebih lama dari memori
sensoris, selama anda menaruh perhatian pada sesuatu, anda dapat mengingatnya
dalam ingatan jangka pendek.
Dari
ingatan jangka pendek ini, ada sebagian materi yang hilang, sebagian lagi
diteruskan ke dalam ingatan jangka panjang. Jika kita mengingat kembali akan
suatu informasi, informasi dari ingatan jangka panjang tadi akan dikembalikan
ke ingatan jangka pendek. Misal, pada nomor telepon yang telah anda ulang terus
sampai anda bisa menuliskannya, dan nomor tersebut akan tetap tersimpan dalam
memori anda selama anda aktif memikirkannya. Jika anda berhenti memberikan
perhatian pada itu, maka akan terhapus dalam waktu 10-20 detik. Dalam rangka
untuk mengingat sesuatu berikutnya, otak mentransfernya ke memori jangka
panjang. Proses mengingat nomor telepon, pada kenyataannya, suatu cara untuk
memindahkan nomor dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Jumlah
informasi yang bisa disimpan dalam memori jangka pendek sangat terbatas. Hanya
lima hingga sembilan informasi saja yang dapat berada dalam memori jangka
pendek sekaligus. Setiap kali anda memberikan perhatian ke informasi baru yang
berasal dari memori sensorik, Anda harus mendorong keluar sesuatu yang telah
anda perhatikan sebelumnya. Misalnya, jika ada sesuatu yang mengganggu konsentrasi
anda ketika berlatih mengulang nomor telepon sebelum informasi nomor tersebut
mencapai ke memori jangka panjang, maka informasi akan terlempar keluar dan
anda harus melihat dan mengingat kembali.
Ingatan
jangka pendek terdiri dari tiga unit terpisah; putaran fonologi (phonological
loop), gambaran penglihatan-ruang (visuo-spatial sketchpad), dan pelaksana
pusat (central executive).
Putaran
fonologi menyimpan dan mengingat kembali kata-kata yang saat itu sedang
dipikirkan. Baddeley (1975) dalam penelitiannya, meminta partisipan mengingat
kembali beberapa daftar pendek berisi kata-kata secara berurutan. Ia menemukan
bahwa partisipan mampu mengingat kata-kata yang mereka sebutkan dalam dua
detik. Kesimpulannya, putaran fonologi dapat menyimpan kata dengan baik dalam
dua detik.
Gambaran
penglihatan-ruang adalah ketika kita membentuk citra/gambaran mental tentang
sesuatu. Gambaran penglihatan-ruang juga berperan dalam tugas-tugas spasial,
misalnya mencari jalan memutar dan menentukan jarak.
Ingatan
jangka pendek bukan hanya sebuah tempat penyimpanan ingatan sementara, tetapi
juga lokasi berpikir secara aktif, tempat menyaring, memilah, dan menggabungkan
informasi lama dengan informasi yang baru, lalu mengambil keputusan. Proses ini
disebut penemuan mental. Penemuan mental merupakan salah satu fungsi
terpenting dalam ingatan jangka pendek. Misalnya, bayangkan sebuah segitiga,
lingkaran, dan empat persegi panjang. Gabungkan ketiganya, gambarlah objek yang
anda ciptakan tersebut. Kini, secara mental anda telah menciptakan objek baru
yang meungkin menyerupai atau tidak menyerupai objek yang anda kenal. Proses
kreatif ini merupakan versi sederhana seorang seniman atau musisi dalam
menciptakan karyanya.
3. Ingatan Jangka Panjang
Ingatan
jangka panjang (long term memory)
adalah suatu proses memori atau ingatan yang bersifat permanen, artinya
informasi yang disimpan sanggup bertahan dalam waktu yang sangat panjang.
Kapasitas yang dimiliki ingatan jangka panjang ini tidak terbatas. Memori
jangka panjang adalah gundangnya informasi yang dimiliki oleh manusia. Ingatan
jangka panjang berisi informasi dalam kondisi psikologis masa lampau,
yaitu semua informasi yang telah disimpan, tetapi saat ini tidak sedang
dipikirkan.
Informasi
yang disimpan dalam ingatan jangka panjang diduga dapat bertahan dalam waktu
yang panjang bahkan selamanya. Kehilangan ingatan pada ingatan jangka panjang
ini hanya dimungkinkan apabila seseorang mengalami kerusakan fungsional dari
sistem ingatannya.
Proses
masuknya informasi ke dalam ingatan jangka panjang tetap melalui tahap memori
sensoris. Pada tahap ini informasi dari luar yang diterima oleh indera diubah
menjadi impuls-impuls neural sesuai dengan masing-masing fungsi indera,
kemudian impuls-impuls neural yang mengandung informasi ini diteruskan ke
ingatan jangka pendek. Setelah informasi masuk ke dalam ingatan jangka pendek,
di seleksi sedemikian rupa mana yang dianggap penting dan tidak, kemudian
diteruskan ke ingatan jangka panjang.
Sebelum
masuk ke ingatan jangka panjang, informasi yang telah disaring pada ingatan
jangka pendek, perlu dilakukan proses semantic
atau imagery coding. Dalam proses
ini arti dari informasi dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya saat kita
mendengar seseorang yang mengatakan, “Atun dihina oleh Nana sampai sakit hati”,
maka kita tidak hanya mengerti arti masing-masing kata dalam kalimat tersebut,
tetapi kita juga berusaha mengerti apa yang terjadi sebenarnya dari keseluruhan
kalimat tersebut. Sebaliknya bila kita mendengar kata-kata lain yang unsurnya
sama, seperti “Nana dihina Atun sampai sakit hati”, maka kita tahu bahwa yang
terjadi sekarang berbeda dari yang pertama. Dalam kedua kalimat tersebut kalau
kita mengingat arti dari kata-kata dalam keseluruhan kalimat itu, maka kita
sedang melakukan semantic coding; tetapi kalau kita membayangkan reaksi dari
Atun atau Budi dalam peristiwa itu, maka kita melakukan imagery coding.
Jadi,
ingatan jangka panjang akan melakukan penyaringan informasi berdasarkan arti
dari informasi tersebut, makna, keadaan emosi, gambaran akibat dan sebagainya,
oleh karena itu penyimpanan informasi dapat berlangsung secara permanen.
Tujuan
sebuah informasi dimasukkan ke dalam memori jangka panjang adalah untuk Anda
ingat selamanya. Hebatnya, ingatan yang telah tersimpan dalam ingatan jangka panjang
bisa anda munculkan kembali saat Anda menginginkannya. Kemampuan mengenang atau
menarik ingatan kembali ini disebut recall
memory. Ketika seseorang yang anda sayangi pergi dari sisi anda, mungkin
anda akan mengingat kembali kenangan-kenangan yang tersimpan dalam memori
jangka panjang Anda. Anda dapat mengingat dengan sangat detil bahkan tanpa Anda
sadari bahwa Anda telah menyimpan informasi tersebut. Anda mungkin mengenang
tempat di mana Anda menghabiskan waktu dengan orang tersebut dengan mengingat pemandangan,
bau dan bahkan perasaan dengan akurasi yang mengejutkan.
a) Ingatan
Deklaratif dan Ingatan Prosedural
Dalam
upaya memanggil kembali ingatan dari Ingatan jangka panjang dibedakan menjadi
dua, yaitu ingatan jangka panjang eksplisit (ingatan deklaratif) dan ingatan
jangka panjang implisit (prosedural). Ingatan jangka panjang eksplisit (ingatan
deklaratif) adalah ingatan yang kita munculkan kembali ke kesadaran untuk
digunakan dengan sengaja, artinya ketika berusaha mengingat sesuatu kita melakukannya
dengan sadar. Wilayah dari otak dimana ingatan deklaratif disimpan adalah lobus
temporal. Ada dua bentuk dasar ingatan deklaratif: episodik dan semantik.
Ingatan Episodic dihubungkan dengan waktu tertentu dan tempat, dan bisa
dianggap kenangan pribadi, seperti pengalaman dari peristiwa tertentu. Ingatan
Semantic adalah memori yang berkaitan dengan penyimpanan informasi faktual yang
tidak terkait dengan pengalaman tertentu.
Ingatan
jangka panjang implisit (ingatan prosedural) adalah kebalikan dari ingatan
eksplisit, yaitu ingatan yang memungkinkan kita mengerjakan sesuatu tanpa harus
berpikir. Contohnya saat kita berjalan atau berbicara, dalam aktivitas ini kita
tidak lagi direpotkan bagaimana kita me-recall
ingatan jangka panjang kita tentang kata-kata, cara merangkai kata, arti kata,
cara melangkah, dan lain sebagainya, hal ini berjalan secara otomatis tanpa
harus menghadirkan kesadaran dari kita.
Ingatan
prosedural tidak mudah untuk dijelaskan. Ingatan prosedural ini tidak hanya
dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai
kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan
akrobat di sirkus. Dengan ingatan prosedural tanpa sadar dan berpikir kita bisa
melakukan sesuatu. Ingatan prosedural digunakan dalam hal-hal seperti naik
sepeda, belajar mengetik, belajar memainkan alat musik atau belajar berenang.
Kita dapat mengendarai mobil dari satu tempat ke tempat lain sepanjang hari
tanpa menyadari proses mengemudi hampir sepanjang waktu, dan benar-benar aman.
Sekali sebuah ingatan prosedural telah dilatih secara mental atau dipraktekkan
secara fisik sampai dengan kuat dalam ingatan jangka panjang, bisa tahan sangat
lama. Sebagai contoh, anda masih bisa naik sepeda setelah terakhir kali anda
melakukannya bertahun-tahun yang lalu.
b) Ingatan
Episodik dan Ingatan Semantik
Para ahli
di bidang ingatan ini membagi ingatan jangka panjang menjadi ingatan episodik
dan ingatan semantik. Ingatan episodik adalah ingatan tentang
peristiwa-peristiwa, sedangkan ingatan semantik adalah ingatan atau pengetahuan
kita tentang fakta-fakta.
Ingatan
episodik (tentang peristiwa) dan ingatan semantik (fakta) diolah di ingatan
bagian otak yang berbeda. Adalah Tulving, seorang ahli di bidang ingatan,
membuat sebuah eksperimen untuk mengetahui bagian otak yang mengolah ingatan
episodik dan ingatan semantik. Dalam eksperimennya, emas radioaktif disuntikkan
ke dalam aliran darahnya sendiri. Lebih dari 250 detektor radiasi ditempatkan
di sekitar kepalanya, sehingga bisa diamati ke mana saja darah yang mengandung
radioaktif tersebut mengalir di dalam otaknya. Ia menemukan bahwa ketika
mengingat peristiwa-peristiwa dalam hidupnya, bagian depan otaknya menjadi
lebih aktif, sedangkan ketika ia mengingat fakta-fakta, bagian belakang otaknyalah
yang lebih aktif.
Namun
demikian, dalam penelitiannya yang terbaru, Tulving menemukan hubungan di
antara kedua ingatan jangka panjang ini. Salah satu kemungkinannya adalah
ingatan semantik berasal dari ingatan episodik. Misalnya saja jika anda ingat bahwa
dua hari yang lalu anda kehujanan (ingatan episodik; peristiwa kehujanan), maka
dengan sendirinya anda juga akan mengetahui bahwa dua hari yang lalu itu hujan
(ingatan semantik; fakta hujan). Ini menunjukkan bahwa fakta-fakta (ingatan
semantik) akan lebih mudah diingat jika kita mengingat atau menghubungkannya
dengan suatu pengalaman atau peristiwa (ingatan episodik).
Ingatan
episodik dan ingatan semantik memiliki perbedaan cara kerjanya dalam menyimpan
dan mengorganisasikan informasi. Ingatan episodik menyimpan informasi dalam
bentuk gambaran (bayangan) yang diorganisasikan berdasarkan pada kapan dan di
mana peristiwa-peristiwa terjadi. Sedangkan ingatan semantik menyimpan
informasi dalam dalam bentuk jaringan hubungan ide yang telah dianalisis.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Ingatan
Telah disebutkan sebelumnya bahwa diduga
ingatan yang telah masuk ke dalam ingatan jangka panjang akan bertahan lama
bahkan selamanya, dan manusia memiliki kemampuan untuk mengenang atau memanggil
kembali ingatan tersebut saat dibutuhkan. Namun tidak berarti bahwa semua yang
pernah dialami itu akan masuk dan tinggal seluruhnya dalam ingatan. Ada
faktor-faktor yang ternyata dapat mempengaruhi daya kerja ingatan, antara lain
:
a. Faktor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia
kurang-lebih pada masa kanak-kanak (10-14 tahun) dan ini berlaku untuk ingatan
yang bersifat mekanis yakni ingatan untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah
usia tersebut kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi
akan tetapi untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis)
dan ini berlangsung antara usia 15-50 tahun.
b. Kondisi fisik, misalnya kelelahan, sakit dan
kurang tidur dapat menurunkan daya kerja atau prestasi ingatan.
c. Faktor emosi. Dalam hal ini seseorang akan
mengingat sesuatu lebih baik, apabila peristiwa-peristiwa itu menyentuh
perasaan-perasaan, sedangkan kejadian yang tidak menyentuh emosi seringkali
diabaikan.
d.
Minat dan Motivasi. Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati
remaja yang tidak lupa suatu lirik lagu walaupun dalam bahasa asing.
Orang-orang yang sering bepergian, mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang
jauh lebih baik daripada yang tidak pernah kemana-mana. Artinya disini
seseorang yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang disukainya jauh lebih
baik dari pada hal yang tidak disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan
motivasi dan pada gilirannya akan meningkatkan daya ingat. Menurut Kurt Lewin
(1890-1947), seorang psikolog jerman, minat dan motivasi berarti konsentrasi
energi (forces) pada sektor (region) tertentu dalam kesadaran. Konsentrasi
energi inilah yang menyebabkan suatu hal tidak begitu saja dilupakan.
Kelupaan
Kelupaan
terjadi karena materi yang disimpan dalam ingatan itu jarang ditimbulkan
kembali dalam alam kesadaran yang akhirnya mengalami kelupaan. Hali itu
dikarenakan interval merupakan titik pijak dari teori-teori tentang kelupaan.
Ada lima teori lupa, yaitu:
1.
Decay Theory (Atropi), teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus
dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal).
Informasi yang disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak (memory
trace) yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam
alam kesadaran, akan rusak atau menghilang.
2.
Teori Interferensi,
teori ini menitikberatkan pada isi interval. Teori ini beranggapan bahwa
informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam
gudang memori (tidak mengalami keausan), akan tetapi jejak-jejak ingatan saling
bercampur aduk, mengganggu satu sama lain. Bisa jadi bahwa informasi yang baru
diterima mengganggu proses mengingat yang lama, tetapi juga terjadi sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima
menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, maka
terjadilah interferensi retroaktif. Sedangkan, bila informasi yang kita
terima sulit untuk diingat karena adanya pengaruh ingatan yang sama, maka
terjadi proses interferensi proaktif.
3.
Teori Retrieval Failure, teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa
informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi
kegagalan untuk mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang
memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk
yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat
kembali.
4.
Teori Motivated Forgetting, menurut teori ini, seseorang akan cenderung berusaha
melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak
menyenangkan ini akan cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam
kesadaran. Jadi, teori ini beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan
masih selalu ada.
5.
Lupa Karena Sebab-sebab Fisiologis, para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi
akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram.
Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang mengakibatkan amnesia.
Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan beberapa
waktu yang lalu, yang bersangkutan disebut menderia amnesia retrograd.
Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, maka orang
tersebut menderita amnesia anterograd.
Beberapa
Eksperimen Mengenai Ingatan
Beberapa metode yang digunakan dalam
penelitian ingatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Metode dengan melihat waktu atau
usaha belajar (the learning time method)
Metode ini merupakan metode
penelitian ingatan dengan melihat sejauh mana waktu yang diperlukan oleh
seseorang untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, seperti
dapat mengingat kembali materi tersebut tanpa kesalahan.
Misalnya seseorang yang disuruh
mempelajari suatu syair lagu dan orang tersebut harus menimbulkan kembali syair
tanpa ada kesalahan. Bila kriteria ini telah terpenuhi, maka diukur waktu yang diperlukan
hingga mencapai kriteria tersebut. Individu yang satu lebih cepat daripada
individu yang lain, tetapi ada pula yang lambat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
waktu atau usaha yang dibutuhkan oleh seseorang berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
2. Metode belajar kembali (the
relearning method)
Metode ini merupakan metode yang
berbentuk dimana suatu individu disuruh mempelajari kembali materi yang telah
dipelajari sampai pada suatu kriteria tertentu. Dalam relearning, untuk
mempelajari materi yang sama untuk kedua kalinya membutuhkan waktu yang relatif
lebih singkat dibanding dengan pertemuan pertama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
semakin sering dipelajari, semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajarinya, dan semakin banyak materi yang dapat diingat dengan baik, dan
makin sedikit materi yang dilupakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses relearning
ada waktu yang dihemat untuk disimpan. Oleh karena itu metode ini disebut juga
dengan metode saving method.
3. Metode rekonstruksi
Metode ini menugaskan individu untuk
mengkronstruksi kembali materi yang telah diberikan kepadanya. Dalam
mengkonstruksi kembali dapat diketahui waktu yang digunakan,
kesalahan-kesalahan yang diperbuat, sampai pada kriteria tertentu. Contohnya
seperti bermain puzzle.
4. Metode mengenali kembali
(recognition)
Dalam metode ini penelitian dalam
memori ditekankan pada recognition (mengenal kembali). Jadi subjek
diminta untuk mempelajari materi kemudian materi tadi disajikan ulang dengan
penyertaan materi lain. Adanya materi lain untuk mentes subjek apakah ia mampu
mengenal kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya diantara materi-materi
lain yang disajikan.
6.
Metode mengingat kembali
Dalam metode ini yang ditekankan
adalah proses recall (mengingat kembali) terhadap apa yangtelah
dipelajari sebelumnya. Misalnya pada tes yang berbentuk essai atau pada
tugas-tugas pengarang dimana subjek diminta untuk mengingat kembali peristiwa
atau pengalaman yang dialaminya.
5. Metode asosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subjek
disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan mengingat apa yang telah dipelajarinya, maka dalam
evaluasi, salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subjek disuruh
menampilkan kembali (baik recall maupun recognition).