LANDASAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Makalah
Disusun
untuk memenuhi tugasmata kuliah
"Pengembangan
Kurikulum PBA"
Dosen
Pengampu Yuyun
Zunairoh, M.Pd
Disusun
Oleh :
Qurun
Azizah (932507612)
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN)
KEDIRI
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat, taufik serta hidayahnya, sehingga penyusunan makalah dengan
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa
Arab ini, dapat terselesaikan dengan
lancar. Makalah ini berisi tentang penjelasan materi Landasan
Pengembangan Kurikulum yang meliputi landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya dan landasan IPTEK. Pembahasan
tersebut sengaja dipilih karena mengingat pentingnya
peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia,
penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Sebagai
penulis kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta
membantu dan membimbing dalam proses penyelesaian makalah ini sekaligus kepada
kedua orang tua kami yang senantiasa mendoakan penulis demi kesuksesan dalam
menempuh pendidikan.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat sederhana. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi lebih baiknya makalah ini. Jazakumulloh khoiron khasiron ...
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Kediri,
1 Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang.
Kurikulum merupakan inti dari bidang
pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan.
Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka
penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang
tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih
Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan
kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4)
ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan
secara ringkas keempat landasan tersebut.
B.
Rumusan masalah.
1.
Apa itu Landasan Filosofis?
2.
Apa itu Landasan Psikologis?
3.
Apa itu Landasan Sosial-Budaya?
4. Apa itu Landasan IPTEK?
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN FILOSOFIS PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.
Pengertian
Istilah filsafat berasal dari bahasa Inggris ‘phylosophy’ yang berarti cinta
kebijaksanaan. Sedangkan secara opereasional, filsafat mengandung dua pengertian, yaitu filsafat
sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (sistem teori atau
pemikiran (Tim Dosen MKDP Landasan Pendidikan, 2011: 77-78).
Ada beberapa beberapa bentuk filsafat yang punya
hubungan lebih erat dengan pendidikan yaitu :
·
Metafisika : yaitu filsafat yang membahas tentang segala yang di dalam alam
ini.
·
Efistimologi: yaitu filsafat yang membahas tentang suatu kebenaran.
·
Oksiologi: yaitu filsafat yang membahas tentang nilaiFilsafat adalah
merupakan sumber dari berbagai ilmu pengetahuan
·
HumanologiFilsafat
membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia termasuk juga tentang
masalah- masalah pendidikan dan filsafat juga merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran
filosof untuk memecahkan masalah- masalah pendidikan.[1]
Landasan filosofis memberikan
arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan
hidup, orang, masyarakat, dan bangsa. Dalam pengembangan kurikulum senantiasa
berpijak pada aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep
dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Landasan filosofis tidak akan
lepas pengembangan kurikulum, untuk mencari sebuah solusi dalam menghadapi
tantangan di masa yang akan datang. Dengan landasan filosofis suatu kurikulum
akan lebih mudah di kembangkan.
2.
Manfaat danTujuan Filsafat Pendidikan
Menurut Nasution (1982) ada beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
a.
Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak anak
melalui pendidikan di sekolah.
b. Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai
oleh filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang
harus dicapai.
c. Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan
yang bulat kepada segala usaha pendidikan.
d. Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik
menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai.
e. Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau
dorongan bagi kegiatan –kegiatan pendidikan.
Pandangan-pandangan
filsafat sangat dibutuhkan dalam
pendidikan, terutama dalam menentukan
arah dan tujuan pendidikan. Filsafat
akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada
kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan
eksistensinya.Filsafat atau pandangan
hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau
kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan
sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan
pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai
apa yang seharusnya dicapai.
Sistem nilai atau filsafat
yang dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya. Dengan kata lain, filsafat
suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan di
negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan
berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari
adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.
Tujuan Pendidikan Nasional
Indonesia bersumber pada pandangan hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yaitu Pancasila. Ini berarti bahwa
pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang
ber-Pancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh
pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila
itu sendiri.
Nilai-nilai filsafat Pancasila
yang dianut bangsa Indonesia dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional seperti tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, tersurat
dan tersirat nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila.
3. Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya
adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan
hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau
pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat
hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan
filsafat negara yang dianutnya.
B. LANDASAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari
tingah laku manusia.Kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk
mengubah perilaku manusia.[2]
Karena itu, dalam pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada psilologi
sebagai refrensi dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku tersebut harus
dikembangkan. Dengan kata lain, pentingnya psikologi, terutama dalam bagian
kurikulum tersebut harus disusun, bagaimana kurikulum diberikan dalam bentuk
pengajaran, dan bagaimana proses belajar siswa dalam mempelajari kurikulum.
a) Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
peserta didik melakukan perbuatan belajar. Secara umum, belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan
lingkungan. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk pengetahuan, ketrampilan,
sikap atau nilai – nilai.Perubahan tingkah laku karena insting, kematangan atau
pengaruh zat – zat kimia tidak termasuk perbuatan belajar.Mengetahui tentang psikologi atau teori belajar merupakan
bekal bagi para guru dalam tugas pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori
belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis , yaitu :
a. Menurut Teori Daya (Teori Disiplin Daya)
Teori ini menganggap,
jiwa manusia terdiri atas sejumlah daya – daya.Belajar pada dasarnya melatih
daya – daya mental tersebut, seperti daya berfikir dapat digunakan untuk segala
hal, apakah dibidang ekonomi, filsafat maupun politik.Dalam pengajaran yang
terpenting bukanlah penguasaan atas bahan pengajaran, melainkan pengaruhnya
atas daya mental tertentu.Implikasinya adalah isi kurikulum harus ada mata
pelajaran yang dapat mengembangkan berbagai daya dalam jiwa manusia.Kurikulum
disusun untuk semua peserta didik tanpa memperhatikan minat dan kebutuhannya.
b. Teori Behaviorisme
Teori belajar ini menyatakan bahwa tingkah laku manusia itu merupakan
respons terhadap stimulus tertentu.Setiap stimulus (S) mempunyai ikatan atau
hubungan dengan respon (R) tertentu.Teori ini lebih mementingkan stimulus
belajar kepada anak didik dengan harapan terjadinya respon dari anak didik.Belajar
adalah pembentukan hubungan antara stimulus dengan respon.Kuat tidaknya
hubungan sangat bergantung pada latihan yang dilakukan.Untuk itu, dilakukan
latihan, seperti tanya jawab atau drill, latihan atau ulangan. Implikasinya
adalah kurikulum harus mengandung mata pelajarn yang berisi pengetahuan yang
luas.
c.
Teori Gestalt
Teori ini disebut juga dengan teori lapangan.Asumsinya adalah keseluruhan
lebih bermanfaat dari pada bagian – bagian.Belajar merupakan perbuatan yang
bertujuan untuk eksploratif, imajinatif dan kreatif. Implikasinya adalah
kurikulum harus didudun secara keseluruhan
(teori dan praktek) sehingga memungkinkan peserta didik berinteraksi
dengan lingkungan dsn menimbulksn insight peserta didik.[3]
b) Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu yang berhubungan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkambangan
dibahas tentang hakekat perkembangan, tahapan perkembangan, serta hal-hal yang
berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum.Psikologi
perkembangan berhubungan dengan kurikulum, terutama dalam menetapkan isi
kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman
belajar tersebut sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Setiap individu dalam hidupnya
melalui fase-fase perkembangan.Mengenai penentuan fase-fase perkembangan
tersebut para ahli mempunyai pendapat yang berlainan.
Dalam hubungannya
dengan proses belajar mengajar (pendidikan), Syamsu Yusuf (2005:23), menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang
digunakan sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat
saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai
hubungan yang erat. Menurut Syamsu Yusuf tahap-tahap perkembangan peserta didik
yaitu:
1.
Masa usia Pra sekolah
(0 tahun-6 tahun)
2.
Masa usia sekolah dasar
(6 tahun-12 tahun)
3.
Masa usia sekolah
menengah (12 tahun-18 tahun)
4.
Masa usia mahasiswa (18
tahun-25 tahun)
Setiap tahap perkembangan memiliki
karakteristik tersendiri, karena ada
dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang lebih dominan dibandingkan dengan
tahap perkembangan lainnya. Atas dasar itu kita dapat memahami karakteristik profil pada setiap tahapan
perkembangannya.
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologi individu yang
terlibat di dalamnya, karena apa yang ingin disampaikan menuntuk peserta didik
untuk melakukan pembelajaran atau sering disebut proses belajar. Dalam proses
pembelajaran terjadi Interaksi antara peserta didik dan pendidik (guru). Untuk
itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum diperlukan dua landasan
psikologi, yaitu psikologi belajar dan psikologi perkembangan.Kedua landasan
ini dianggap penting terutama dalam menyusun isi kurikulum, proses pembelajaran
dan hasil belajar yang diinginkan.[4]
Melalui kajian
tentang perkembangan peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi kemampuan
yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses
penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi
pembelajaran
C. LANDASAN SOSIAL-BUDAYA PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan sosial budaya merupakan asumsi-asumsi yang bersumber
dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Karakteristik sosial budaya dimana peserta didik hidup berimplikasi
pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
Kebudayaan bukan hanya berupa material
belaka, melainkan juga berupa sikap mental, cara berpikir dan kebiasaan hidup.
Kebudayaan mencakup berbagai dimensi, diantaranya keluarga, pendidikan,
politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan rekreasi. Semua dimensi tersebut hendaknya
dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum.
Apabila dipandang dari sosiologinya, pendidikan adalah
suatu proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang
diharapkan, pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan
antrofologi, pendidikan adalah ‘enkulturasi’atau pembudayaan. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (1997:58) bahwa ‘Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan
muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi
manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.
Kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja
sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu
meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang berbudaya.
Selanjutnya
yang perlu diperhatikan dari aspek sosial budaya adalah:
1. Perubahan pola hidup, yaitu terjadinya perubahan dari masyarakat agraris[5] tradisional menuju kehidupan industri modern.
1. Perubahan pola hidup, yaitu terjadinya perubahan dari masyarakat agraris[5] tradisional menuju kehidupan industri modern.
Perubahan
tersebut dapat dilihat dalam beberapa aspek:
a. Pola kerja, pada masyarakat agraris cenderung teratur berlangsung siang hari, dari pagi hingga sore, tetapi tidak demikian pada masyarakat indutri, mereka cenderung tidak teratur, dan memiliki waktu kerja yang lebih panjang.
b. Pola hidup yang sangat bergantung pada hasil teknologi, pada masyarakat industry ketergantungan pada hasil teknologi lebih tinggi, bahwa dalam kehidupannya menjadi suatu yang harus dipenuhi, daripada masyarakat petaniyangagraristradisional
c. Pola hidup dalam system perekonomian baru, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi, ditandai dengan penggunaan produk perbankan dengan sistim baru, munculnya pasar modern yang semakin menggeser pasar tradisional, tidak hanya membawa dampak positif saja tetapi terkadang pengaruh negative terhadappolahidupmasyarakat.
Tiga hal tersebut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan menyusun kurikulum, sehingga dapat ditentukan muatan atau materi untuk bekal menghadapi kondisi tersebut.
a. Pola kerja, pada masyarakat agraris cenderung teratur berlangsung siang hari, dari pagi hingga sore, tetapi tidak demikian pada masyarakat indutri, mereka cenderung tidak teratur, dan memiliki waktu kerja yang lebih panjang.
b. Pola hidup yang sangat bergantung pada hasil teknologi, pada masyarakat industry ketergantungan pada hasil teknologi lebih tinggi, bahwa dalam kehidupannya menjadi suatu yang harus dipenuhi, daripada masyarakat petaniyangagraristradisional
c. Pola hidup dalam system perekonomian baru, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi, ditandai dengan penggunaan produk perbankan dengan sistim baru, munculnya pasar modern yang semakin menggeser pasar tradisional, tidak hanya membawa dampak positif saja tetapi terkadang pengaruh negative terhadappolahidupmasyarakat.
Tiga hal tersebut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan menyusun kurikulum, sehingga dapat ditentukan muatan atau materi untuk bekal menghadapi kondisi tersebut.
2.
Perubahan
kehidupan politik, yaitu perubahan politik yang diakibatkan era globalisasi,
perubahan yang terjadi baik dalam wilayah nasional maupun internasional.
Sebagai contoh di Indonesia, dengan era reformasinya, maka semua aspek berubah,
tidak terkecuali pendidikan. Pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan
manusia yang kritis dan demokratis. Karena itu perubahan kearah transparansi
harus ditangkap oleh para pengembang kurikulum. Kehidupan demokratis harus
menjiwai kurikulum. Hal ini yang mendasari munculnya produk hukum yang
memberikan kewenangan daerah untuk mengurusi rumah tangganya termasuk dalam
bidang pendidikan. Sinyal yang harus ditangkap para pengembang kurikulum di
daerah, untuk memberdayakan pendidikan sebagai pembentuk generasi yang handal
sesuai dengan nilai dan kebutuhan masyarakat lokal, nasional, maupun global[6].
Berkaitan dengan sosial budaya ini yang harus dilakukan oleh para pengembang sebelum
menyusun kurikulumadalah:
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang dirumuskan dalamperaturanperundangan.
b. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah atau madrasah berada
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang dirumuskan dalamperaturanperundangan.
b. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah atau madrasah berada
c.
Menganalisis kekuatan serta potensi daerah
d. Menganalisis
syarat dan tuntutan tenaga kerjae. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam
kerangka kepentingan masyarakat.
D. LANDASAN IPTEK PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara
sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi
adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah dalam
kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Teknologi banyak digunakan
dalam berbagai bidang kehidupan.Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu
kondisi yang efektif, efisien dan sinergis terhadap pola perilaku manusia.[7]Perkembangan yang begitu cepat pada beberapa
dekade terakhir adalah perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan informatika,
serta media cetak.Perkembangan teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke-20
berkenaan dengan penjelajahan luar angkasa.Temuan-temuan dibidang fisika,
kimia, dan matematika mengembangkan teknologi ruang angkasa dan kemiliteran.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa
warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan
pemikiran manusia sebelumnya.Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan
sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,
pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan
lokal.Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat
yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang
tinggi.Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan
kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana
belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang
ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut
perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah memberikan isi atau materi atau bahan yang akan disampaikan
dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknolgi menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat
menimbulkan problem baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.Oleh karena itu, kurikulum
sebaiknya dapat mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup
manusia.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan
temuan – temuan baru dalam berbagai
bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik,
dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok
tertentu. Baik secara langsung maupun
tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal -balik dengan
pendidikan.Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat -alat
dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan
dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk
mengaplikasikannya.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil
industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan
alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan,
apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih,
menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para
guru dan pelaksana program pendidikan lainnya.Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan
dan perubahan masyarakat yang semakin pesat, termasuk di dalamnya perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan
ilmu pengetahuan dan teknologi.Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus
dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk lebih banyak
menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan
kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali dan
merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan masyarakat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kurikulum sebagai
suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh
kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum
sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan
landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara
mendalam.
1.
Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi
tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat
nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Asumsiasumsi
filosofis tersebut berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan, pengembangan
isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta
didik dan peranan pendidik.
2.
Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi
yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
mempelajari proses dan karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai subjek
pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik
dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaru
besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif,
behavioristik, dan humanistic.
3.
Landasan sosial budaya, adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antrofologi yang dijadikan
titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakterstik sosial budaya di mana
peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan
dikembangkan.
4.
Landasan ilmiah dan teknologi, adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau penelitian dan
aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari
berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun
software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi.
Dari setiap
landasan pengembangan kurikulum yang telah dibahas dalam makalah ini, maka
dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya suatu landasan dalam sebuah
kurikulum, karena kurikulum adalah sebuah rencana pendidikan, diperlukan
landasan yang sangat akurat. Agar nantinya bisa membantu dalam pengembangan dan
kemajuan proses pendidikan serta tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Oleh karena
itu landasan yang digunakan untuk mengembangkankan kurikulum harus dicari
dengan seleksi yang ketat agar menghasilkan landasan yang kuat dan tepat.
Pemahaman dan cara implementasi yang tepat adalah awal yang baik untuk
menajalankan kurikulum. Karena kerugian
pendidikan sangat besar jika kurikulum tersebut tidak dilakukan dengan
baik. Peran kurikulum ini sangat berpengaruh, jadi dibutuhkan landasan yang
kokoh dan kuat serta implementasinya yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Konsep dan
Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya, 2012.
Hamid, Hamdani. Pengembangan
Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Syarief, Hamid. Pengembangan
Kurikulum. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996.
Hamaliki, Oemar. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
[1]Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2012), hal 51.
[2]A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum (Surabaya :
PT Bina Ilmu, 1996), hal 43.
[3]Arifin, Konsep., 58.
[4]Arifin, Konsep.,56.
[5]Ibid., 72.
[6]Hamid, pengembangan., 48.
[7]Arifin, Konsep., 77.
0 komentar:
Posting Komentar