Pages

Subscribe:

Sabtu, 09 Mei 2015

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM



LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugasmata kuliah
"Pengembangan Kurikulum PBA"
 
Dosen Pengampu  Yuyun Zunairoh, M.Pd
Disusun Oleh :
                                        Qurun Azizah                     (932507612)

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI
2015



KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayahnya, sehingga penyusunan makalah dengan Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab ini, dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini berisi tentang penjelasan materi Landasan Pengembangan Kurikulum yang meliputi landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya dan landasan IPTEK. Pembahasan tersebut sengaja dipilih karena mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Sebagai penulis kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu dan membimbing dalam proses penyelesaian makalah ini sekaligus kepada kedua orang tua kami yang senantiasa mendoakan penulis demi kesuksesan dalam menempuh pendidikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat sederhana. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi lebih baiknya makalah ini. Jazakumulloh khoiron khasiron ...
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Kediri, 1 Maret 2015


                                                                                                                    Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.

B.       Rumusan masalah.
1.    Apa itu Landasan Filosofis?
2.    Apa itu Landasan Psikologis?
3.    Apa itu Landasan Sosial-Budaya?
4.    Apa itu Landasan IPTEK?






BAB II
PEMBAHASAN
A.  LANDASAN FILOSOFIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

1.        Pengertian
Istilah filsafat berasal dari bahasa Inggris ‘phylosophy’ yang berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan secara opereasional, filsafat  mengandung dua pengertian, yaitu filsafat sebagai proses (berfilsafat) dan sebagai hasil berfilsafat (sistem teori atau pemikiran (Tim Dosen MKDP Landasan Pendidikan, 2011: 77-78).
Ada beberapa beberapa bentuk filsafat yang punya hubungan lebih erat dengan pendidikan yaitu :
·         Metafisika : yaitu filsafat yang membahas tentang segala yang di dalam alam ini.
·         Efistimologi: yaitu filsafat yang membahas tentang suatu kebenaran.
·         Oksiologi: yaitu filsafat yang membahas tentang nilaiFilsafat adalah merupakan sumber dari berbagai ilmu pengetahuan
·         HumanologiFilsafat membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia termasuk juga tentang masalah- masalah pendidikan dan filsafat juga merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosof untuk memecahkan masalah- masalah pendidikan.[1]
Landasan filosofis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karena filsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa. Dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Landasan filosofis tidak akan lepas pengembangan kurikulum, untuk mencari sebuah solusi dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Dengan landasan filosofis suatu kurikulum akan lebih mudah di kembangkan.

2.         Manfaat danTujuan Filsafat Pendidikan
Menurut Nasution (1982) ada beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
a.       Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak anak melalui pendidikan di sekolah.
b.      Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
c.       Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.
d.      Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai.
e.       Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan –kegiatan pendidikan.
Pandangan-pandangan filsafat  sangat dibutuhkan dalam pendidikan,  terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan.  Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya.Filsafat  atau pandangan hidup  yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya. Dengan kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada pandangan  hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara  yaitu Pancasila.  Ini berarti bahwa pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang ber-Pancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila itu  sendiri.
Nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti tertuang  dalam UU  No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, tersurat dan tersirat nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila.

3.    Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.  Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga  harus mencerminkan falsafah  atau  pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara  yang dianutnya.

B.  LANDASAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingah laku manusia.Kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah perilaku manusia.[2] Karena itu, dalam pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada psilologi sebagai refrensi dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku tersebut harus dikembangkan. Dengan kata lain, pentingnya psikologi, terutama dalam bagian kurikulum tersebut harus disusun, bagaimana kurikulum diberikan dalam bentuk pengajaran, dan bagaimana proses belajar siswa dalam mempelajari kurikulum.
a)   Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta didik melakukan perbuatan belajar. Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku dapat berbentuk pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai – nilai.Perubahan tingkah laku karena insting, kematangan atau pengaruh zat – zat kimia tidak termasuk perbuatan belajar.Mengetahui tentang psikologi atau teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis , yaitu :
a.    Menurut Teori Daya (Teori Disiplin Daya)
Teori ini menganggap, jiwa manusia terdiri atas sejumlah daya – daya.Belajar pada dasarnya melatih daya – daya mental tersebut, seperti daya berfikir dapat digunakan untuk segala hal, apakah dibidang ekonomi, filsafat maupun politik.Dalam pengajaran yang terpenting bukanlah penguasaan atas bahan pengajaran, melainkan pengaruhnya atas daya mental tertentu.Implikasinya adalah isi kurikulum harus ada mata pelajaran yang dapat mengembangkan berbagai daya dalam jiwa manusia.Kurikulum disusun untuk semua peserta didik tanpa memperhatikan minat dan kebutuhannya.
b.    Teori Behaviorisme
Teori belajar ini menyatakan bahwa tingkah laku manusia itu merupakan respons terhadap stimulus tertentu.Setiap stimulus (S) mempunyai ikatan atau hubungan dengan respon (R) tertentu.Teori ini lebih mementingkan stimulus belajar kepada anak didik dengan harapan terjadinya respon dari anak didik.Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dengan respon.Kuat tidaknya hubungan sangat bergantung pada latihan yang dilakukan.Untuk itu, dilakukan latihan, seperti tanya jawab atau drill, latihan atau ulangan. Implikasinya adalah kurikulum harus mengandung mata pelajarn yang berisi pengetahuan yang luas.
c.    Teori Gestalt
Teori ini disebut juga dengan teori lapangan.Asumsinya adalah keseluruhan lebih bermanfaat dari pada bagian – bagian.Belajar merupakan perbuatan yang bertujuan untuk eksploratif, imajinatif dan kreatif. Implikasinya adalah kurikulum harus didudun secara keseluruhan  (teori dan praktek) sehingga memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan lingkungan dsn menimbulksn insight peserta didik.[3]
b)       Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu yang berhubungan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkambangan dibahas tentang hakekat perkembangan, tahapan perkembangan, serta hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.Psikologi perkembangan berhubungan dengan kurikulum, terutama dalam menetapkan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman belajar tersebut sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Setiap individu dalam hidupnya melalui fase-fase perkembangan.Mengenai penentuan fase-fase perkembangan tersebut para ahli mempunyai pendapat yang berlainan.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan), Syamsu Yusuf (2005:23),  menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang erat. Menurut Syamsu Yusuf tahap-tahap perkembangan peserta didik yaitu:
1.         Masa usia Pra sekolah (0 tahun-6 tahun)
2.         Masa usia sekolah dasar (6 tahun-12 tahun)
3.         Masa usia sekolah menengah (12 tahun-18 tahun)
4.         Masa usia mahasiswa (18 tahun-25 tahun)
Setiap tahap perkembangan  memiliki karakteristik  tersendiri, karena ada dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang lebih dominan dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya. Atas dasar itu kita dapat memahami karakteristik profil pada setiap tahapan perkembangannya.
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologi individu yang terlibat di dalamnya, karena apa yang ingin disampaikan menuntuk peserta didik untuk melakukan pembelajaran atau sering disebut proses belajar. Dalam proses pembelajaran terjadi Interaksi antara peserta didik dan pendidik (guru). Untuk itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum diperlukan dua landasan psikologi, yaitu psikologi belajar dan psikologi perkembangan.Kedua landasan ini dianggap penting terutama dalam menyusun isi kurikulum, proses pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan.[4]
Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran

C.  LANDASAN SOSIAL-BUDAYA PENGEMBANGAN KURIKULUM
Landasan sosial budaya merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakteristik sosial budaya dimana peserta didik hidup berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
Kebudayaan bukan hanya berupa material belaka, melainkan juga berupa sikap mental, cara berpikir dan kebiasaan hidup. Kebudayaan mencakup berbagai dimensi, diantaranya keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan rekreasi. Semua dimensi tersebut hendaknya dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum.
Apabila dipandang dari sosiologinya, pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi, pendidikan adalah ‘enkulturasi’atau pembudayaan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1997:58) bahwa ‘Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk yang berbudaya.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan dari aspek sosial budaya adalah:
1. Perubahan pola hidup, yaitu terjadinya perubahan dari masyarakat agraris[5] tradisional menuju kehidupan industri modern.
Perubahan tersebut dapat dilihat dalam beberapa aspek:
a. Pola kerja, pada masyarakat agraris cenderung teratur berlangsung siang hari, dari pagi hingga sore, tetapi tidak demikian pada masyarakat indutri, mereka cenderung tidak teratur, dan memiliki waktu kerja yang lebih panjang.
b. Pola hidup yang sangat bergantung pada hasil teknologi, pada masyarakat industry ketergantungan pada hasil teknologi lebih tinggi, bahwa dalam kehidupannya menjadi suatu yang harus dipenuhi, daripada masyarakat petaniyangagraristradisional
c. Pola hidup dalam system perekonomian baru, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi, ditandai dengan penggunaan produk perbankan dengan sistim baru, munculnya pasar modern yang semakin menggeser pasar tradisional, tidak hanya membawa dampak positif saja tetapi terkadang pengaruh negative terhadappolahidupmasyarakat.
Tiga hal tersebut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan menyusun kurikulum, sehingga dapat ditentukan muatan atau materi untuk bekal menghadapi kondisi tersebut.
2. Perubahan kehidupan politik, yaitu perubahan politik yang diakibatkan era globalisasi, perubahan yang terjadi baik dalam wilayah nasional maupun internasional. Sebagai contoh di Indonesia, dengan era reformasinya, maka semua aspek berubah, tidak terkecuali pendidikan. Pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan manusia yang kritis dan demokratis. Karena itu perubahan kearah transparansi harus ditangkap oleh para pengembang kurikulum. Kehidupan demokratis harus menjiwai kurikulum. Hal ini yang mendasari munculnya produk hukum yang memberikan kewenangan daerah untuk mengurusi rumah tangganya termasuk dalam bidang pendidikan. Sinyal yang harus ditangkap para pengembang kurikulum di daerah, untuk memberdayakan pendidikan sebagai pembentuk generasi yang handal sesuai dengan nilai dan kebutuhan masyarakat lokal, nasional, maupun global[6]. Berkaitan dengan sosial budaya ini yang harus dilakukan oleh para pengembang sebelum menyusun kurikulumadalah:
a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang dirumuskan dalamperaturanperundangan.
b. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah atau madrasah berada
c. Menganalisis kekuatan serta potensi daerah
d. Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerjae. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.

D.  LANDASAN IPTEK PENGEMBANGAN KURIKULUM

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien dan sinergis terhadap pola perilaku manusia.[7]Perkembangan yang begitu cepat pada beberapa dekade terakhir adalah perkembangan teknologi transportasi, komunikasi, dan informatika, serta media cetak.Perkembangan teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke-20 berkenaan dengan penjelajahan luar angkasa.Temuan-temuan dibidang fisika, kimia, dan matematika mengembangkan teknologi ruang angkasa dan kemiliteran.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi.Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi atau materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat menimbulkan problem baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan, kemampuan, keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.Oleh karena itu, kurikulum sebaiknya dapat mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan – temuan baru dalam  berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya.  Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu.  Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh  pula terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal -balik dengan pendidikan.Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat -alat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai  dari para  guru dan pelaksana program pendidikan lainnya.Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat, termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan masyarakat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. 







BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam.
1.        Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Asumsiasumsi filosofis tersebut berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan peranan pendidik.
2.        Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang  dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan mempelajari proses dan karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaru besar dalam pengembangan kurikulum, yaitu teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistic.
3.        Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antrofologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Karakterstik sosial budaya di mana peserta didik hidup  berimplikasi pada  program pendidikan yang akan dikembangkan.
4.        Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik  tolak dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi.
Dari setiap landasan pengembangan kurikulum yang telah dibahas dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya suatu landasan dalam sebuah kurikulum, karena kurikulum adalah sebuah rencana pendidikan, diperlukan landasan yang sangat akurat. Agar nantinya bisa membantu dalam pengembangan dan kemajuan proses pendidikan serta tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Oleh karena itu landasan yang digunakan untuk mengembangkankan kurikulum harus dicari dengan seleksi yang ketat agar menghasilkan landasan yang kuat dan tepat. Pemahaman dan cara implementasi yang tepat adalah awal yang baik untuk menajalankan kurikulum. Karena kerugian   pendidikan sangat besar jika kurikulum tersebut tidak dilakukan dengan baik. Peran kurikulum ini sangat berpengaruh, jadi dibutuhkan landasan yang kokoh dan kuat serta implementasinya yang tepat.



















DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya, 2012.
Hamid, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Syarief, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996.
Hamaliki, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.




[1]Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2012), hal 51.
[2]A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum (Surabaya : PT Bina Ilmu, 1996), hal 43.
[3]Arifin, Konsep., 58.

[4]Arifin, Konsep.,56.
[5]Ibid., 72.
[6]Hamid, pengembangan., 48.
[7]Arifin, Konsep., 77.

0 komentar:

Posting Komentar